Pahami Hal Ini Sebelum Kamu Menjadi Newscaster
Radio pada dasarnya adalah media untuk menyampaikan informasi, yang biasanya disampaikan oleh penyiar yang bertugas, membacakan informasi tentang cuaca, membacakan berita dalam program pemberitaan atau pada waktu yang telah ditentukan oleh pengelola siaran.
Dalam beberapa terminology, newscaster atau news presenter diartikan sebagai presenter berita atau penyaji berita dan pembaca berita. Istilah ini banyak digunakan televisi dan radio di Indonesia.
Pembaca berita dibagi dalam tiga kategori yaitu; Pembaca Berita (News Reader), Penyiar Berita (Newscaster), dan Jangkar Berita (News Anchor) ketiganya memiliki tugas yang berbeda meski sama-sama membacakan berita. Kecuali news reader, Newscaster dan News Anchor kerap bertugas sebagai jurnalis.
Ada syarat awal untuk menjadi newscaster radio, misalnya apakah kamu memiliki ‘sense of news’ ketika melihat hal yang terjadi di depan kamu, apakah kamu memiliki cara pandang dan pilihan yang berbeda tentang situasi yang ada. Syarat awal ini ditambah dengan tingkat keterampilan bagaimana menuliskan dan menyampaikan peristiwa yang terjadi, baik itu kepada teman atau menulisnya dalam sebuah artikel. Secara gak sadar, kamu sebenarnya sudah melakukan hal ini koq ketika hang out sama teman atau menuliskan informasi di media sosial.
Eits, tapi tunggu dulu, bakat alami ini ternyata tidak menjamin apakah seseorang dapat memenuhi kualifikasi sebagai newscaster. Syarat selanjutnya adalah technical skill yang harus dimiliki untuk sukses menjadi newscaster, yaitu; vocal development, news gathering and evaluation, kemampuan mewawancarai narasumber, pengetahuan dasar Jurnalistik, dan prosedur on air yang berlaku di masing-masing stasiun siaran.
David Turner, penyiar BBC London, pernah mengatakan, seorang newscaster itu harus memahami dan mengerti tema yang dibicarakan. Turner juga menggarisbawahi faktor lainnya yaitu kredibilitas. Ia menyarankan newscaster harus memiliki pengetahuan lebih dibandingkan pendengar terhadap tema yang dibahas. Misalnya isu nasional dan internasional.
Menurut Esna Ardiany, penyiar MOST 105.8 FM, untuk menjadi newscaster, selain memiliki keberanian juga harus terbiasa dengan perkembangan yang terjadi.
“Harus punya kemauan untuk memahami isu yang berkembang, melakukan kegiatan jurnalistik, dan update diri sendiri dengan segala macam berita. Jangan malas,” ujarnya.
Jika kompetensi dan kredibilitas sudah dipenuhi, maka yang tidak kalah penting adalah bahasa yang digunakan Newscaster. Keterampilan membaca kata dan kalimat, pengucapan kata-kata, penekanan pada kalimat, gaya memainkan intonasi, dan aksen tentu saja menjadi hal penting. Kamu harus sering-sering berlatih mengucapkan “p”, “f”, “j”, “z”, “y” dan huruf lainnya untuk melatih artikulasi.
Kesalahan pada pengucapan akan menjadi mimpi buruk bagi pendengar, stasiun radio, dan newscaster sendiri. Hal yang sederhana adalah pengucapan ‘Buble’ pada Michael Buble, pelantun lagu Sway. Ah, semoga kamu pernah mendengar lagu ini ya..
Puluhan tahun lalu, newscaster hanya ‘dilihat’ melalui suaranya saja. Bahkan nyaris tidak pernah terekspos ke publik tentang sosoknya. Pendengar hanya merasakan suaranya dan mengetahuinya. Tetapi, zaman now, semua berubah. Kemajuan teknologi dan adaptasi teknologi siaran radio serta upaya membangun kedekatan dengan pendengar, newscaster menjadi ‘ikon’ baru dalam program berita radio. Karenanya, penampilan seorang newscaster menjadi faktor penting.
Sekarang, saatnya kamu berlatih bagaimana menjadi newscaster radio. Kalau kamu atau teman-teman kamu memerlukan short course bagaimana menjadi newscaster radio yang baik, jangan sungkan untuk menghubungi MARI Institute ya.