Sahil Mulachela: Kenapa Takut Ngomong?
Berbicara di depan umum sebenarnya menyenangkan tetapi banyak orang yang belum berani melakukannya. Fakta ini diungkap Sahil Mulachela di kelas off line MARI Institute Public Speaking for Beginners – Speak Beyond Limitation, Sabtu (1/12) di lobi Mahaka Radio Integra, Menara Imperium, Jakarta Selatan.
Ia menambahkan beberapa hambatan dalam komunikasi yang sering dialami adalah rasa malu, pemilihan kata, gugup, ngeblank. Namun, katanya, hambatan yang paling besar datang dari diri sendiri.
“Kelas ini memberikan tips bagaimana kita berbicara di atas keterbatasan diri kita dan bagaimana mengatasinya,” ungkap Sahil.
Menurut penyiar Jak FM ini, keterampilan komunikasi harus dilatih dengan rutin sehingga dapat memberikan dampak positif yang baik saat membangun relasi individu atau profesional. Bagi karyawan, cara berkomunikasi yang efektif sangat berpengaruh dalam karirnya.
“Dalam setiap aspek kehidupan, cara komunikasi dapat memberikan nilai lebih. Ada orang yang skill nya biasa saja tetapi cara komunikasinya oke, mungkin saja bisa dipromosikan jabatan,” tambahnya.
Peserta yang hadir berasal dari berbagai background profesi, mulai dari konsultan pajak, sales otomotof, content creator, freelance photograher, technical engineer, dan government relation, perusahaan logistik hingga aparatur sipil negara (ASN) sepaham dengan apa yang disampaikan Sahil.
“Saya sengaja ikut kelas ini untuk menambah keterampilan komunikasi. Kebetulan, saya bekerja di bidang otomotif sebagai marketing. Jadi, kelas ini penting buat saya,” ungkap Andi Mulyawan, peserta yang berkantor di Cikarang, Jawa Barat.
Dalam kelas ini Sahil menjelaskan teknik public speaking yang efektif dilakukan. Ia menyebut beberapa teknik itu adalah menyampaikan sesuatu dengan tulus, tahu apa yang akan disampaikan atau dibicarakan, otentik, percaya diri, mengetahui siapa audiens, dan rasa empati.
“Gak percaya diri bisa terjadi karena kita gak tau apa yang akan dibicarakan. Kalau kita tahu, percaya diri gak akan jadi masalah. Tapi, harus diingat, over confidence juga tidak baik,” tambah Sahil.
Setiap orang memiliki gaya komunikasi berbeda. Sahil menyebut, gaya komunikasi ini bersifat alami. Gaya komunikasi yang sering dijumpai pada diri seseorang adalah gaya komunikasi leader. Gaya ini kental dengan ciri fokus pada tujuan, langsung pada poin atau tujuan pembicaraan, cekatan, dan tidak sensitif. Gaya yang lainnya adalah gaya komunikasi thinker yang memiliki ciri fokus pada penyampaian tugas-tugas, berpikir panjang, hati-hati dalam menyampaikan isi pikiran dan ide, namun sayangnya gaya ini sering kehilangan arah dalam berbicara.
Gaya selanjutnya adalah gaya komunikasi ekspresif yang memiliki ciri fokus bicara pada audiens, terdengar semangat, sering berpikir sambil berbicara, dan selalu berbicara panjang lebar. Berikutnya, gaya komunikasi penghubung. Gaya ini berciri fokus pada hubungan, sensitif, cenderung menghindari konflik, dan memperhatikan kepentingan orang lain.
“Untuk mengatasi rasa takut atau gugup. Pembicara sebaiknya melakukan ice breaking, memegang benda di tangan, tulis apa yang dikatakan dan katakan apa yang ditulis,” tutup Sahil.
Kelas yang dimulai pukul 09:45 wib hingga 12:00 wib ini memberikan tips praktis bagaimana mengumpulkan keberanian untuk berbicara di depan umum. Peserta yang diberikan kesempatan praktik merasa mendapatkan pengalaman baru, apalagi langsung mendapatkan evaluasi.