Serunya Media Training di Sarang Satria Muda
Kehadiran MARi Institute di kandang klub basket papan atas Satria Muda (SM) pada Kamis, (30/11) bukan untuk mengajak tim ini bertanding tetapi untuk menggelar sharing session ‘Media Training’ dan ‘Public Speaking’ untuk para pemain klub yang sudah mengoleksi 12 gelar juara ini.
Sesi yang berlangsung lebih dari dua jam itu ditutup dengan sesi praktik bagaimana cara menjawab pertanyaan media dengan efektif serta berlatih body language yang pantas.
Karina Soerja atau Kai, membuka sesi dengan pertanyaan seberapa penting public speaking untuk atlet profesional. Kendala yang sering ditemukan adalah gugup, tidak tahu apa yang akan dikatakan, dan bagaimana menghadapi media yang kadang menggoreng isu menjadi berita yang tidak akurat.
Sebagai broadcaster profesional, Kai menjelaskan secara gamblang apa yang sebenarnya yang dicari media dan bagaimana jurnalis melakukan itu untuk mendapatkan banyak informasi yang relevan dengan isu.
“Sampaikan kepada media cerita yang diawali dengan kata atau kalimat positif. Saat melakukan wawancara, perhatikan body language. Jangan sampai, body language menjadi penghalang,” jelas Kai pada sesi pembuka.
Banyak pertanyaan yang muncul dari peserta, salah satunya adalah bagaimana menghadapi jurnalis dengan pertanyaan yang ‘receh’, ada juga yang bertanya bagaimana menghadapi wawancara sementara fisik dalam keadaan lelah. Menurut Kai, pertanyaan apapun yang disampaikan wartawan perlu untuk dijawab dan ini penting untuk membangun personal branding. Ia menambahkan, sebagai atlet profesional dan sudah menjadi public figure, semua yang disampaikan kepada media harus sudah dipertimbangkan. Tiga hal penting yang perlu diperhtikan sebelum menghadapi wawancara adalah confidence, tetap profesional, dan authenticity.
“So, bagaimana menghadapi media atau jurnalis yang sering bertanya dengan pertanyaan jebakan? Apa yang bisa kita lakukan?,” tanya Kai.
Pertanyaan seperti ini mungkin saja akan dihadapi oleh pemain Satria Muda. Untuk tetap berada di dalam konteks wawancara, Kai menyampaikan tips yang perlu dicatat yaitu; memahami maksud pertanyaan, berfokus pada tim dan performanya, menekankan jawaban pada prestasi personal (jika diperlukan), tetap pada pernyataan positif, dan menyampaikan kepercayaan pada tim dan team work. Cara ini diyakini Kai dapat mengurangi pertanyaan jebakan dan wawancara hanya berfokus pada individu dan tim.
Kai memaklumi jika saat wawancara masih belum memperhatikan body language. Bahasa tubuh yang salah, orang lain dapat melihat kegugupan dan ketidaknyamanan.
“Untuk mengurangi kegugupan itu, tarik nafas dan rileks, fokus sama tujuan interview, dan yang tidak kalah penting, senyum,” ujar Kai.