Merasa Produktif? Hati-Hati Terpapar Toxic Productivity
Merasa produktif dalam bekerja atau dalam kegiatan belum tentu memberikan hasil yang maksimal lho. Ini bisa jadi kamu terpapar toxic productivity. Kondisi ini muncul jika kamu memaksakan diri untuk memenuhi target. Tanpa disadari, toxic productivity memang memberikan kesenangan bagi kamu, merasa enjoy dalam menyelesaikan pekerjaan dengan target-target lebih besar. Hal ini bisa menyebabkan kesehatan mental. Bahaya
Toxic productivity banyak disebabkan oleh lingkungan kerja yang selalu merayakan kerja keras adalah segalanya, slogan push your self to the limit, atau influencer-influencer sukses yang menyampaikan pesan idealisme dalam meraih pekerjaan. Beberapa hal tersebut, adalah penyebab yang langsung membuat kamu menjadi ‘produktif’.
Menurut asana.com, toxic productivity memunyai ciri-ciri sebagai berikut ;
- Bekerja lembur terus menerus
- Merasa bersalah jika tidak menyelesaikan pekerjaan di atas target
- Hanya fokus bekerja tanpa memikirkan waktu bersama keluarga
- Tidak memprioritaskan diri sendiri untuk beristirahat
- Mengalami depresi kronis karena selalu siap sedia. Jika hal ini terus berlanjut akan sangat berbahaya dengan mental kamu.
- Merasa stress karena bekerja keras dalam waktu yang cukup lama.
Jika kamu sudah mengalami ciri-ciri tersebuat, maka cara yang bisa kamu lakukan untuk memutus rantai toxic productivity adalah sebagai berikut;
Batasan Kerja yang Jelas
- Batasan kerja yang jelas. Caranya dengan membuat kejelasan pada pekerjaan, kapan harus dimulai dan kapan harus selesai. Dengan cara ini, semua orang akan tahu apa yang diharapkan dari pekerjaan.
- Jika kamu manajer, coba bicarakan lingkup pekerjaan dan batasannya. Hindari mengirim dan membalasa pesan di luar jam kerja. Santai aja, dan minta tim kamu melakukan hal yang sama.
- Normalisasi waktu menjawab pesan. Biasakan merespon atau membalas pesan. Jika di luar jam kerja, jangan harap tim kamu membalas dengan cepat.
Target yang Masuk Akal
Salah satu penyebab toxoc productivity adalah penentuan target yang tidak masuk akal. Untuk melawannya, kamu harus memiliki target yang masuk akal, tahu bagaimana mencapainya dengan time frame yang jelas.
- Tentukan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, and Time) dengan konsep ini, kamu lebih mudah menyelesaikan pekerjaan dan memenuhi tujuan.
- Realistis dengan diri kamu sendiri. Ukur kemampuan dengan target pencapaian.
- Cobalah Istirahat. Tidak ada yang bisa bekerja non-stop. Masukan waktu istirahat dalam time frame yang kamu buat.
- Atur prioritas untuk mencapai tujuan. Tidak semua hal dianggap mendesak dan penting. Kamu harus pandai memilah-milah.
Jeda itu Penting
Setiap orang pasti memerlukan waktu jeda atau beristirahat, dan memasukkan agenda beristirahat dalam jadwal kerja adalah hal penting. Setelah istirahat, kamu akan merasa kembali segar. Menurut ahli saraf kognitif, Dr. Sahar Yosef, waktu istirahat memiliki tiga kategori ;
- Jeda Besar, bisa dilakukan sekali dalam sebulan, durasinya bisa setengah hari atau seharian penuh, di waktu jeda ini kamu bisa melakukan hiking, day trip, atau berkunjung ke rumah saudara.
- Jeda Sedang, bisa dilakukan sekali dalam seminggu selama satu atau dua jam. Di jeda ini kamu bisa mendengarkan musik, olahraga atau jalan kaki.
- Jeda Kecil, dlakukan beberapa kali dalam sehari selama beberapa menit, misalnya meditasi atau peregangan.
Tidak Melakukan Apa-Apa
Cara ini sangat mudah. Cobalah keluar dari lingkaran toxic productivity. Duduk dengan rileks dan dengarkan musik meditasi, jalan-jalan di taman kota, atau nonton film. Coba perlakukan diri kamu sebaik mungkin dan jangan memikirikan soal pencapaian pekerjaan.
Atasi Perasaan
Toxic productivity sering kali menjadi penyebab adanya perasaan negatif yang sebenarnya kamu sendiri tidak sadar. Kamu perlu mengenali apa penyebab pikiran atau perasaan yang membuat kamu bekerja begitu keras. Berikut beberapa perasaan atau pikiran yang membuat kamu bekerja keras bagai kuda.
- Takut gagal
- Perasaan tidak mampu
- Perasaan tidak berharga atau rendah diri
- Perasaan bersalah karena tidak mencapai target pekerjaan
- Membandingkan diri sendiri dengan orang lain
- Stress karena sebuah kejadian di dunia yang sama sekali tidak berhubungan dengan diri kamu.
Harus kamu ingat, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Jika kamu merasa ada yang salah dengan mental kamu, segera konsultasikan dengan ahlinya, ya.
Jauhi Smartphone
Hari ini, siapa yang kuat berpisah lama-lama dengan smartphone nya. Tapi, demi keseimbangan hidup kamu, tidak ada salahnya kamu jauh-jauh dari handphone. Jika kamu menerima notifikasi dan imel pekerjaan dari handhone, rasanya memang mustahil lari dari pekerjaan meskipun di hari libur atau di luar jam kerja. Apalagi kamu merasa orang lain lebih produktif dan sukses ketika kamu scrolling Instagram, TikTok, atau LinkedIn.
Berikut beberapa cara untuk ‘berpisah’ sementara dari smartphone ;
- Simpan handphone kamu di dalam tas sehingga jauh dari pandangan, lakukan ini saat kamu akan melakukan presentasi. Atau, jika kamu ingin berjalan-jalan santai, tinggalkan handphone kamu.
- Ubah mode ke “do not disturb” dan non-aktifkan notifikasi untuk semua aplikasi.
- Jadikan kamar atau rumah kamu area ‘bebas teknologi’
- Hapus semua aplikasi kerja, imel atau aplikasi pesan di handphone kamu.
Kerja Lebih Cerdas, Bukan Lebih Keras
Kamu masih bisa bekerja dengan baik tanpa harus menyiksa diri sendiri dan tentu saja dapat keluar dari lingkaran toxic productivity. Tipsnya, selesaikan pekerjaan kamu dengan cara cerdas.
Jadi, selamat mencoba !