RETORIKA, Seni Bicara yang Bikin Kamu Selalu Diingat
Kata ‘retorika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki beberapa arti, yaitu keterampilan berbahasa secaea efektif dan seni berpidato yang muluk-muluk dan bombastis. Retorika tidak hanya digunakan dalam komunikasi verbal saja, penyair juga sering menggunakan gaya dan seni dalam mengarang dan menulis buku atau puisi. Seni retorika ini sudah digunakan oleh filsuf Romawi kuno. Dari Aristoteles hingga pujangga William Shakespeare.
Di zaman modern, pemimpin dunia juga menggunakan seni ini dalam berpidato dan berkomunikasi dengan orang lain. Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Britania Raya, Winston Churchill dikenal dengan gaya pidatonya dengan menggunakan teknik retorika.
Beberapa teknik ini sudah digunakan oleh bangsa Yunani dan terbukti dapat memengaruhi orang lain. Fakta ini ditulis dalam buku The Elements of Eloquence karya Mark Forsyth. Ia mengungkap setidaknya ada 39 teknik untuk membuat orang lain memahami dan mengingat apa yang disampaikan pembicara secara persuasif. Beberapa teknik itu, mungkin kamu sudah pernah mendengarnya.
1.Diacope
Diacope merupakan teknik yang mengulang kata atau frasa yang dipecah oleh satu kata di antara, atau sejumlah kecil kata di antara. Diacope sendiri berasal dari kata Yunani, yang memiliki arti “dipotong menjadi dua”. Teknik ini digunaka dalam tulisan untuk menekankan atau menggambarkan sesuatu dan bisa juga disampaikan secara verbal.
Misalnya :
“Bond. James Bond.”
“Home. Sweet Home”
“To be or not to be”
“Oh, Sayang. Sayangku”
Kamu passti sudah mendengar atau membaca contoh kalimat diacope di atas Nah, kamu bisa mempraktikkannya saat berpidato atau menulis.
2.Progressio
Sebenarnya teknik ini sudah banyak ditemukan dalam lirik lagu. Untuk mempraktikkan teknik ini kamu bisa mengatakan apa saja kemudian katakan yang sebaliknya. Contohnya bisa kamu temukan dalam lirik lagu milik The Byrds, “Turn,Turn,Turn” : “A time to be born, a time to die; a time to plant, a time to reap; a time to kill, a time to heal; a time to laugh, a time to weep.”
Atau contoh lain dalam kalimat : “Waktu yang terbaik, waktu yang terburuk.” Atau “Kau bilang ya, aku bilang tidak.”, “Sepanjang rindumu, sependek rinduku.”
3. Chiasmus
Chiasmus atau Kiasmus dalam KBBI memiliki arti pengulangan atau pembalikan dua kata dalam satu kalimat. Makna yang lainnya adalah pembalikan struktur gramatikal dalam frasa atau klausa yang berurutan – tetapi tidak ada pengulangan kata.
Teknik ini sudah dipraktikkan oleh beberapa politisi dan penulis. Mantan Presiden Amerika Serikat, John.F. Kennedy pernah berkata dengan kalimat yang menjadi inspirasi banyak orang “Ask not what your country can do for you; ask what you can do for your country.” Atau pernyataan Vladimir Putin, “I would rather take a political risk in pursuit of peace than to risk peace in pursuit of politics.”
Kebanyakan politisi menggunakan teknik ini. Dan di Amerika Serikat, presiden terpilih selalu mempraktikkan cara ini. Meski mereka harus belajar bagaimana menggunakannya.
4. Anaphora
Teknik ini punya karakter sendiri. Setiap kalimat akan diawali dengan kata yang sama. Tujuannya agar kalimat yang disampaikan memiliki kekuatan dan mudah diingat.
Misalnya : “Hujan bukan pertanda ingatan tentang dirinya datang tiba-tiba. Hujan hanya jeda perginya rasa rindu, Hujan tidak selamanya membuat kenangan terhapus dan sulit dikembalikan. Hujan, rasanya, memiliki kenangan untuk menghubungkan titik-titik kenangan yang berserakan.”
5.Anadiplosis
Kalau kamu sering mengulang kata terakhir dalam kalimat atau percakapan. Kamu sudah mempraktikkan salah satu teknik retorika ini. Anadiplosis adalah teknik pengulangan kata atau termasuk dalam majas repetisi dalam bahasa Indonesia.
Majas ini melakukan pengulangan pada klausa, kata, frasa maupun kalimat terakhir dari sebuah teks. Majas ini sering ditemukan dalam karya sastra seperti puisi dan lirik lagu.
Contoh teknik ini dalam sebuah kalimat ; kau adalah hidupku, hidupku yang penuh lika-liku cinta, cinta yang belum menemukan siapa pemiliknya, pemilik rasa yang belum jua tiba.
Mempelajari teknik retorika ini tidak hanya untuk politisi lho. Kamu juga bisa menggunakannya saat melakukan public speaking, presentasi atau menulis karya sastra. Eh, bahkan retorika ini juga bisa kamu gunakan dalam memenangkan pitching.
Coba yuk !